Mengenal Dinasti Fatimiyyah, pesaing Dinasti Abbasiyah

         Dinasti Fatimiyyah. (Fatimiyyun atau disebut juga Dinasti Ubaidiyyun). Dinamakan Fatimiyyah karena silsilah keturunan disandarkan pada Faimah Az- Zahra, putri Rasul ﷺ. Fatimiyyah ini dikira adalah orang-orang sholih yang mempunyai i’tiqod baik dalam mengagungkan Nabi ﷺ. Tapi ternyata tidak demikian. Para Ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar kesesatan mereka. Bahkan silsilah keturunan mereka ini adalah suatu kedustaan belaka.

          Dinasti Fatimiyyah memerintah di Afrika Utara dan Timur Tengah dari tahun 909 – 1171 M. Pendiri Dinasti ini adalah Said ibnu Al- Husain, yang berupaya menyaingi Bani Abbasiyah yang beraliran sunni. Dinasti ini dianggap satu-satunya Dinasti Syiah dalam dunia Islam yang mampu eksis dan memegang kedaulatan di Afrika Utara.

          Para ahli mengatakan terbentuknya Dinasti ini oleh kerangka politik yang terjadi di Bani Abbasiyah yang memerintah Mesir. Sebelum dinasti ini lahir, telah ada dinasti islam yang menguasai Afrika Utara dan Mesir, yaitu dinasti Aghlabiyah. Akan tetapi mereka adalah penganut sunni, yang mengakui kekuasaan Bani Abbasiyah. Hal ini berbeda dengan misi penganut Syiah Ismailiyah, yang menolak kepemimpinan Bani Abbasiyah dan bercita-cita untuk menggulingkannya. Orang-orang Syiah menganggap mereka adalah penerus Nabi ﷺ  yang sah, karena masih keturunan Nabi ﷺ  dari jalur Fatimah az-Zahra.

          Syiah Ismailiyah pada awalnya tidak mengapresiasikan gerakannya dengan jelas sampai muncul Abdullah bin Maymun yang mendirikan Syiah Ismailiyah sebagai suatu system gerakan keagamaan dan politik. Ini merupakan wujud kekecewaan Ismailiyah terhadap dinasti Abbasiyah atas kerjasamanya dalam perebutan kekuasaan oleh Bani Umayyah. Setelah perjuangan berhasil, dan Bani Abbasiyah berkuasa, perlahan- lahan mereka disingkirkan. Abdullah bin Maymun, ia berjuang merangkap dakwah Syiah dengan tujuan  membangun kekuasaan dinasti Fatimiyyah. Mereka melakukan suatu gerakan yaitu dengan menyebarkan ajaran radikal yang ekstrem di banyak Kerajaan Islam yang menentang aliran sunni dan Abbasiyah. Sebelum wafat, ia mengangkat Abu Abdullah al-Husain sebagai pemimpin gerakan Syiah Ismailiyah.

          Setelah berhasil membuat pengaruh di wilayah utara, Abu Abdullah al-Husain menulis surat kepada Said bin Husain untuk mengganti kedudukannya sebagai pemimpi tertinggi gerakan Ismailiyah. Said pun menerima undangan tersebut. Pada tahun 909, ia muncul di Tunisia dan menyatakan dirinya sebagai Khalifah dengan gelar “Ubaid Allah Al-Mahdi Billah”. Ia merebut kekuasaan Ziyadatullah yang merupakan pemimpin dinasti Aghlabiyah pada saat itu dan menjadi akhir dari kekuasaan dinasti Aghlabiyah. Kemudian setelah mereka berhasil menguasai Mesir, dinasti Fatimiyyah mendirikan pusat pemerintahannya di Kairo. Dan dinasti ini berkembang pesat di bawah kepemimpinan Al-Aziz (975-996).

          Al-Maqriziy, seorang pakar Sejarah mengatakan, para khalifah Fatimiyyah memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Seperti hari Asyyura’, maulid Nabi, maulid Ali, maulid Hasan, Husain, Fatimah, maulid khalifah yang sedang berkuasa, dll. Merekalah yang pertama kali memprakasai maulid Nabi. Padahal maulid Nabi tidak ada asal-usulnya sama sekali dari Salafush Sholih dan termasuk bid’ah. Mereka gemar berbuat berbuat bid’ah dan maksiat kepada Allah ﷻ , dan memiliki banyak penyimpangan dalam masalah Aqidah. Cara beragama mereka bahkan lebih ekstrem dari kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka mengklaim Ali bin Abi Thalib sebagai tuhan. Ada juga yang mengklaim Ali mempunyai kenabian. Ahmad bin Abdul Halim mengatakan, “Bani Fatimiyyun/ Fatimiyyah adalah diantara manusia yang paling fasiq ( banyak bermaksiat) dan paling kufur”. (Majmu’ fatwa, 35/ 127).

          Setelah berkuasa selama 2 setengah abad, akhirnya dinasti ini menemui masa kehancurannya. Ada banyak penyebab runtuhnya dinasti ini salah satunya dikarenakan lemahnya setelah wafatnya Al-Aziz. Para khalifah tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi. Selain itu para khalifah kurang cakap dlaam memerintah sehingga roda pemerintahan tidak berjalan secara efektif. Ketidak-efektifan ini diakibatkan khalifah yang diangkat banyak yang masih relatif muda sehingga kurang cakap dalam mengatur kebijakan. Tragisnya mereka ibarat boneka di tangan para wazir. Karena peranan para wazir begitu dominan dalam mengatur pemerintahan. Persaingan memperoleh jabatan di kalangan para wazir juga merupakan salah satu sebab keruntuhan dinasti Fatimiyyah. Pada masa Al-Adid terjadi persaingan antara Abu Sujak Syawar dengan Dargam untuk mengambil alih jabatan wazir. Yang akhirnya dimenangkan oleh Dargam. Karena sakit hati, Syawar meminta bantuan Nuruddin Zanki untuk memulihkan kekuasaannya di Mesir. Jika ia berhasil, ia berjanji akan menyerahkan 1/3 hasil panen negara. Lalu ia mengutus pasukan dibawah kendali Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin al-Ayyubi. Pasukan ini mampu mengalahkan Dargam. Dan Shawar kembali menjadi wazir dan memenuhi janjinya kepada Nur al-Din. Perebutan kekuasaan di tingkat wazir ini menjadi awal munculnya kekuatan asing yang akhirnya mampu merebut kekuasaan dari tangan Dinasti Fatimiyah dan mendirikan dinasti baru yang disebut Ayyubiyah.

          Jadi mengikuti hal-hal yang dilakukan Dinasti Fatimiyyah, seperti Maulid Nabi itu termasuk telah mengikuti mereka.

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ               

”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)

          Semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang mereka perbuat. Dan semoga bermanfaat.sekian, hanya Allah ﷻ  yang memberi hidayah.

Sumber:

https://rumaysho.com/868-sejarah-kelam-maulid-nabi-2.html

https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/15/080000579/dinasti-fatimiyah–sejarah-kejayaan-khalifah-dan-keruntuhan#google_vignette

https://bincangsyariah.com/khazanah/dinasti-fatimiyyah-awal-kemajuan-hingga-keruntuhannya/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *